Rabu, 07 Desember 2011

Hikmah Sahabat Rosulullah

BELAJAR IKHLAS DARI KHALID BIN WALID

Kisah sahabat nabi Muhammad SAW yang terkenal kepiawaiannya dalam perang ini, Khalid bin Walid, memiliki kadar keikhlasan yang luar biasa terhadap jabatan, pangkat dan ketenaran yang ia peroleh sebagai layaknya manusia biasa. Khalid bin Walid merupakan panglima perang kekholifahan Umar bin Khatab yang terkenal dengan ahli strategi perang, dicintai teman dan disegani musuh. Beliau sosok pemuda yang menguasai medan perang, jitu dalam mengatur strategi dan berhasil menang dalam setiap peperangan yang dipimpin olehnya. Pada saat itu Khalid bin Walid adalah pemuda yang diidamkan banyak orang. Keberhasilannya dalam setiap perang menjadikan namanya tersohor, dipandang banyak orang dan dihormati masyarakat, bahkan musuh.
Ditengah puncak kemenangan dan populeritasnya, Umar bin Khatab mengirimkan surat kepada Khalid bin Walid tentang pemutasian jabatannya selaku panglima perang menjadi prajurit biasa. Hal ini dilakukan Umar bin Khatab bukan untuk menjatuhkannya, tapi justru mengingatkan dan menyelamatkannya dari kepamoran yang akan melenakannya. Banyak orang yang terkejut dengan keputusan Umar bin Khatab, namun justru tidak dengan Khalid bin walid. Khalid bin Walid sangat mengerti maksud sahabat Rosulullah tersebut, pemimpin mereka Umar bin Khatab. Padahal, penurunan pangkatnya ketika gemilang kemenangan perang Yarmuk di bawah kendali Khalid bin Walid. Lebih dari pada itu, tanpa ada rasa sedih, kecewa bahkan jauh dari rasa marah, Khalid bin Walid menerima tugasnya sebagai prajurit biasa dan tetap berperang pada perang selanjutnya di bawah komando panglima baru, Abu Ubaidah. Pada saat ditanya oleh masyarakat mengenai hal tersebut, Khalid menjawab, “saya bukan hamba manusia, saya hamba Allah.” Dilain kesempatan Khalid menjawab, “saya berperang karena Allah, bukan karena Umar.”
Ada beberapa ibroh yang dapat diambil dari keteladanan Kahalid bin Walid dan kecintaan Umar terhadap sahabatnya. Pertama, apabila seseorang melakukan suatu tugasnya karena Allah SWT, maka dia akan ikhlas ketika pangkatnya diambil kembali dari dirinya, karena dia paham bahwa pangkat, harta dan jabatan hanyalah buah dari apa yang telah diperjuangkan (ditanam), bukan menjadikan segalanya sebagi tujuan. Kedua, ujian keikhlasan seseorang akan dapat dilihat pada saat seseorang kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam dirinya. Oleh karena itu, Khalid mengajarkan pada kita, manusia tidak akan merasa kehilangan kalau dia melakukan semuanya karena Allah dan sadar apa yang telah dititipkan selama ini hanyalah milik Allah SWT. “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan….” (An-Nisa :125)
Ketiga, kita dapat mengetahui perbedaan orang yang ikhlas dengan orang yang pura- pura ikhlas. Hal ini tampak pada Khalid tetap ikut serta jihad dalam perang berikutnya di bawah komando panglima penggantinya dan taat pada panglima baru tersebut. Keempat, kita merasa kagum kepada Umar atas cinta dan perhatiannya pada saudaranya seiman. Umar tahu bahwa apa yang dilakukannya hanya ingin menyelamatkan Khalid, khawatir timbul rasa ujub (sombong) dalam diri Khalid karena mengingat banyaknya masyarakat muslim yang mengelukan Khalid bin Walid pada saat itu.
Kelima, pelajaran tentang koneksivitas ukhuwah islamiyah anatara keduanya (Khalid bin Walid dan Umar bin Khatab) dikarenakan ketsiqohan (kepercayaan) antara sesama muslim (antara seorang kholifah dan panglima perang). Hal ini tercermin dalam penerimaan Khalid yang wajar dan paham atas keputusan Umar untuk menyelamatkannya dari gunung yang tinggi agar tidak terjatuh ke dalam jurang di balik gunung tersebut. Perasaan Khalid ini juga dikarenakan teladan Umar selama ini yang selalu dapat dipercaya oleh bawahannya dan masyarakat luas. Dengan ini, malah semakin membuat kedua sahabat tersebut saling mencintai karena Allah dan terus berjuang untuk menegakkan agama Alllah.
Dari merekalah kita dapat belajar bahwa harta, pangkat, dan jabatan adalah  ujian atas iman dan keikhlasan kita. Oleh karena itu, hanya hati yang bersih dan niat karena Allah SWT yang mampu membuat kita ikhlas ketika apa yang kita miliki saat ini diambil kembali oleh Allah SWT melalui siapapun dan apapun.
_Nina Fadilla_

Kutipan Tausiyah

TAUSIYAH

“Jika seorang hamba menikah, maka menjadi sempurnalah setengah agamanya. Maka hendaklah ia bertaqwa kepada ALLAH pada setengah yang lainnya.”
(HR Al Hakim & Ath Thabrani, dari Anas ibn Malik)

Ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu
Adalah apa yang kamu berikan padanya
Untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik.
Maka kamu adalah air, maka kamu adalah matahari.
Ia tumbuh dan berkembang dari siraman airmu.
Ia besar dan berbuah dari sinar cahayamu.
Jadikan cintaku padaMU ya ALLAH
Berhenti di titik ketaatan
Meloncati rasa suka dan tak suka.
Karena aku tahu,
Mentaatimu dalam hal yang tak kusukai
Adalah kepayahan, perjuangan, dan gelimang pahala
Karena seringkali ketidaksukaanku,
Hanyalah bagian dari ketidaktahuanku.
Para pecinta sejati tak suka berjanji,
Tapi begitu mereka memutuskan untuk mencintai,
Mereka akan segera membuat rencana untuk memberi…

Ikhlas, kata yang tak mudah dan selalu menyisakan Tanya
Dan kita adalah manusia
Yang tak dapat tidak
Suka menuliskan kebajikan- kebajikan kita.
Maka aku menuliskan kebajikan di atas air
Menjadi gelombang kecil, kecil saja di permukaan air, meriak dan menghilang
Lalu yang tampak hanya wajahku kehausan.
Atau terkadang kutulis ia di atas pasir
Agar angin keikhlasan menerbangkannya jauh dari ingatan
Agar ia terhapus, menyebar bersama butir pasir ketulusan.

Mari Belajar dari Sekitar!!!

BELAJAR DARI SEMUT
“Kejahatan yang terorganisir akan mampu mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.”
Dalam perjalanan harokah dakwah, kekuatan dan keadaan jama’ah (kader) merupakan ujung tombak keberhasilan dan signifikansi dakwah. Kekuatan jama’ah tidak hanya bersandar pada seberapa banyak ilmu dan pengetahuan agama yang dimiliki oleh para jama’ah. Namun, yang jauh lebih penting adalah bagaimana pemahaman para kader dakwah terhadap perannya masing- masing dan menghargai peran tersebut dalam sebuah koordinasi.
Peran masing- masing kader jama’ah harus dikembalikan kepada niat karena Allah SWT. Jika sepenuhnya niat karena Allah tersebut terus mendarah daging, maka koordinasi dakwah akan tetap dalam gerakan yang terarah dan teratur. Gerakan yang teratur itu akan mencapai pada titik fokus dalam setiap objek dakwah yang merupakan unsur penting dalam keberhasilan suatu usaha.
Kader yang paham dengan segala peran dan melakukan manuver dakwah yang terarah, maka tidak akan tergiur dengan iming- iming di luar dakwah, tidak mengutamakan kepentingan sendiri dan tetap bersihteguh pada tujuan bersama yang luas. Kader dakwah, da’I atau aktivis dapat belajar dari hal kecil di sekitar kita.
Lihatlah semut! Sekelompok semut mempunyai loyalitas yang tinggi, gerakan yang terarah dan koordinasi yang teratur. Semuanya dilakukan untuk tujuan bersama. Seekor semut ketika menemukan makanan yang cenderung lebih besar dari ukuran tubuhnya, maka apa yang terjadi? Si semut akan mengingat letak makanan, kemudian dia kembali pada komunitasnya dan melaporkan pada sang pemimpin semut. Pemimpin semut pun akan membagi tugas sesuai peran semut, mereka berjejeran dari sarangnya hingga letak makanan itu. Ada yang bekerja bsebagai penjaga makanan, ada juga perannya sebagai penjaga jalan dan sebagian lagi bertugas sebagai pengangkut makanan secara bersama.
Ketika mereka memulai tugas mereka untuk mengambil makanan, yang mereka lakukan adalah mengangkut makanan tersebut hingga ke sarangnya dan jika dipertengahan jalan para semut- semut itu menemukan makanan lain di sekitar target makanan atau perjalanan mereka, maka semut- semut itu tetap fokus pada makanan yang mereka angkut dan tidak akan mengambil makanan yang baru mereka temui (tidak memperdulikannya). Mereka tetap fokus pada makanan yang menjadi target mereka sesuai komando pemimpin mereka. Kemudian, makanan itu mereka makan bersama- sama.
Filosofi semut tersebut merupakan sebuah teladan yang unik. Bagaimana kita dapat melihat dinamika kelompok jama’ah kecil yang teratur. Kita melihat mulai dari kuatnya ukhuwah islamiyah sebagai landasan yang tercermin dari saling membantu dan bekerja sama, kemudian sifat gotong royong dan  berjama’ah terlihat dari mengangkut makanan bersama dan pada posisi perannya masing- masing. Koordinasi yang bagus juga tampak pada seekor semut yang diberi tugas mencari makanan ketika menemukannya, maka akan melaporkan kepaada komunitasnya dan mulai menyusun strategi agar makanan tersebut dapat diangkut lebih ringan hingga sampai ke sarang. Patuh terhadap pemimpin, peran dan tugas juga dimiliki oleh semut.
Kita juga dapat melihat hikmah lain, bagaimana sikap semut yang tidak tamak, tidak mudah lemah dengan godaan, dan dapat menghargai perannya masing- masing sehingga tidak mengambil posisi lain sebelum disepakati. Dari cara mereka fokus pada makanan dan berbagi pada sesama, menunjukan semua hal- hal positif mereka.
Belajarlah hal kecil dari semut! Setidaknya semut dapat memberikan gambaran pada kita pentingnya gerakan yang terarah dan koordinasi yang teratur berlandaskan ukhuwah islamiyah. Begitu juga dengan kita sebagai da’i, kader dakwah ataupun aktivis dakwah, berusaha untuk tetap pada kepatuhan yang mendasar dan sesuai tujuan. Tidak mementingkan diri sendiri, tidak mudah tergiur dengan iming- iming duniawi yang akan membuat ketidakpercayaan objek dakwah dan terus memperbaharui niat karena Allah SWT sebagai basic kekokohan dakwah islamiyah. 
_Nina Fadilla_

The Opinion Of Nina

DIPLOMASI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM “VISIT BANGKA BELITUNG ARCHIPELAGO 2010”
Kebudayaan dan pariwisata merupakan aset dan kekayaan yang potensial bagi suatu daerah. Kedua aset ini akan menjadikan suatu daerah memiliki income yang besar  jika dapat dieksplorasi dengan cara yang strategis. Tidak hanya itu, kedua “kekayaan” tersebut juga dapat membentuk persepsi atau image suatu daerah bahkan negara. Oleh karena itu, banyak daerah atau negara yang menggunakan kebudayaan atau pariwisata untuk memperkenalkan daerah dan negaranya kepada masyarakat luar, baik nasional maupun internasional. Sebagaimana beberapa tahun silam, Bali lebih dikenal dibandingkan Indonesia sendiri dikarenakan pariwisatanya nan indah, Eropa memperkenalkan budayanya melalui festival film Eropa setiap tahunnya di Indonesia, maka begitu juga dengan Bangka- Belitung yang sedang berusaha menjadi provinsi yang dikenal dengan dinamika budaya dan pariwisatanya melalui sebuah program kebijakan yang dikenal dengan “Visit Bangka Belitung Archiepelago 2010” (VBA).
VBA 2010 adalah tonggak awal untuk memperkenalkan Babel lebih jauh kepada masyarakat luas, baik skala nasional mapun internasional dengan cara yang lebih menarik melalui berbagai budaya dan pariwisata yang dimiliki pulau Bangka- Belitung ini. Berbagai aktivitas, program dan agenda yang dilakukan oleh pemerintah, baik yang telah dilaksanakan ataupun rencana yang akan direalisasikan sebagai usaha perwujudan kebijakan ini. Misalnya saja melalui perbaikan infrastruktur maupun melalui promosi secara langsung ataupun tidak langsung dengan melaksanakan berbagai kegiatan. Kegiatan- kegiatan tersebut seperti sosialisasi pemerintah Babel ke sekolah- sekolah dan masyarakat setiap daerah di Bangka- Belitung untuk lebih mempersiapkan diri, menjadi tuan rumah Pertukaran Pemuda Indonesia- Australia (PPIA) 2010, mengajukan untuk menjadi tuan rumah Pertukaran Pemuda Indonesia- Canada dua tahun yang akan datang, memiliki anjungan Bangka Belitung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan lain sebagainya yang bertujuan untuk memperkenalkan sisi penting dari sudut Bangka- Belitung. Hal ini yaitu bagian dari sebuah diplomasi, tepatnya diplomasi kebudayaan dan pariwisata. Diplomasi kebudayaan dan pariwisata merupakan Soft Power adalah kemampuan untuk mempengaruhi atau mendapatkan apa yang kita inginkan melalui “daya tarik”, tidak dengan jalan pemaksaan atau pemberian imbalan.(Joseph. Nye)
Menggunakan soft power merupakan cara yang paling efektif untuk memperkuat potensi yang dimiliki oleh suatu daerah sehingga menjadi berarti. Secara naluriah, hal yang bersifat keunikan budaya dan indahnya pariwisata sangat diminati banyak orang dari kalangan apapun. Oleh karena itu, VBA 2010 adalah program kebijakan yang melibatkan berbagai hal dalam mewujudkannya. Untuk mewujudkan keberhasilannya tidak mudah, harus banyak yang dipersiapkan, diperbaiki dan ditingkatkan baik dari segi infrastruktur, jalan, promosi termasuk pagelaran dan ajang budaya dan seni, kreatifitas pemerintah dan masyarakat termasuk UKM,  serta kerja keras dan motivasi optimisme yang tinggi.
Elemen lain yang perlu diperhatikan dalam proses menuju kearah yang baik bagi semua pihak selain hal- hal yang bersifat konkrit, adalah prihal budaya masyarakat Bangka Belitung dengan dominasi melayu, sebagian China dan dominasi Agama Islam yang kuat. Maka dengan adanya sisi positif, Pemerintah juga harus mempersiapkan antisipasi dari sisi negatif. Berbeda dengan Bali yang memiliki karakteristik dominan budaya Hindu, Bangka Belitung lebih dikenal dengan budaya melayu, meskipun dikenal pula dengan sisi lainnya, yaitu masyarakat China yang lumayan banyak. Dengan dikenal budaya melayunya, maka harus dibuat suatu kebijakan atau peraturan yang tidak menjadikan kedatangan “tamu-tamu” dari luar akan menggeser culture asli masyarakatnya dan menggerus nilai- nilai dasar karakteristik pemuda Bangka Belitung.
Selain itu, harus ada peraturan untuk kemaslahatan bersama, baik di daerah pariwisata sekalipun, hal ini yang menjadi tantangan bagi pemerintah kita dan harus dipikirkan dengan serius. Perhatikan pula masalah pembangunan tempat- tempat “gelap” dan bedakan cara pandang moral antara kita (Babel) dan turis dari luar. Sehingga kita mampu membentuk suatu persepsi yang mandiri, tanpa meniru kebudayaan lain, persepsi yang indah, namun tetap bisa menjaga norma- norma agama dan ketimuran, kemudian semakin memperkuat image tersebut.
Memperkuat image kita juga tidak harus menjadikan kita seperti ”orang lain”, bukankah sesuatu hal yang berbeda akan menjadi sangat berharga? Maka, Tidak ada istilah “Bali kedua” atau “seperti Bali”, namun jadilah diri sendiri, menjadi pulau yang berbeda, Bangka Belitung dengan pribadi yang sendiri.