BELAJAR IKHLAS DARI KHALID
BIN WALID
Kisah sahabat nabi Muhammad SAW yang terkenal kepiawaiannya
dalam perang ini, Khalid bin Walid, memiliki kadar keikhlasan yang luar biasa
terhadap jabatan, pangkat dan ketenaran yang ia peroleh sebagai layaknya manusia
biasa. Khalid bin Walid merupakan panglima perang kekholifahan Umar bin Khatab
yang terkenal dengan ahli strategi perang, dicintai teman dan disegani musuh. Beliau
sosok pemuda yang menguasai medan
perang, jitu dalam mengatur strategi dan berhasil menang dalam setiap
peperangan yang dipimpin olehnya. Pada saat itu Khalid bin Walid adalah pemuda
yang diidamkan banyak orang. Keberhasilannya dalam setiap perang menjadikan
namanya tersohor, dipandang banyak orang dan dihormati masyarakat, bahkan
musuh.
Ditengah puncak kemenangan dan populeritasnya, Umar bin
Khatab mengirimkan surat
kepada Khalid bin Walid tentang pemutasian jabatannya selaku panglima perang
menjadi prajurit biasa. Hal ini dilakukan Umar bin Khatab bukan untuk
menjatuhkannya, tapi justru mengingatkan dan menyelamatkannya dari kepamoran
yang akan melenakannya. Banyak orang yang terkejut dengan keputusan Umar bin
Khatab, namun justru tidak dengan Khalid bin walid. Khalid bin Walid sangat
mengerti maksud sahabat Rosulullah tersebut, pemimpin mereka Umar bin Khatab. Padahal,
penurunan pangkatnya ketika gemilang kemenangan perang Yarmuk di bawah kendali
Khalid bin Walid. Lebih dari pada itu, tanpa ada rasa sedih, kecewa bahkan jauh
dari rasa marah, Khalid bin Walid menerima tugasnya sebagai prajurit biasa dan
tetap berperang pada perang selanjutnya di bawah komando panglima baru, Abu
Ubaidah. Pada saat ditanya oleh masyarakat mengenai hal tersebut, Khalid
menjawab, “saya bukan hamba manusia, saya hamba Allah.” Dilain kesempatan
Khalid menjawab, “saya berperang karena Allah, bukan karena Umar.”
Ada beberapa ibroh yang dapat diambil dari keteladanan Kahalid bin
Walid dan kecintaan Umar terhadap sahabatnya. Pertama, apabila seseorang melakukan suatu tugasnya karena Allah
SWT, maka dia akan ikhlas ketika pangkatnya diambil kembali dari dirinya,
karena dia paham bahwa pangkat, harta dan jabatan hanyalah buah dari apa yang
telah diperjuangkan (ditanam), bukan menjadikan segalanya sebagi tujuan. Kedua, ujian keikhlasan seseorang akan
dapat dilihat pada saat seseorang kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam
dirinya. Oleh karena itu, Khalid mengajarkan pada kita, manusia tidak akan
merasa kehilangan kalau dia melakukan semuanya karena Allah dan sadar apa yang
telah dititipkan selama ini hanyalah milik Allah SWT. “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan….”
(An-Nisa :125)
Ketiga, kita dapat mengetahui perbedaan orang yang ikhlas dengan orang
yang pura- pura ikhlas. Hal ini tampak pada Khalid tetap ikut serta jihad dalam
perang berikutnya di bawah komando panglima penggantinya dan taat pada panglima
baru tersebut. Keempat, kita merasa
kagum kepada Umar atas cinta dan perhatiannya pada saudaranya seiman. Umar tahu
bahwa apa yang dilakukannya hanya ingin menyelamatkan Khalid, khawatir timbul
rasa ujub (sombong) dalam diri Khalid karena mengingat banyaknya masyarakat
muslim yang mengelukan Khalid bin Walid pada saat itu.
Kelima, pelajaran tentang koneksivitas ukhuwah islamiyah anatara keduanya
(Khalid bin Walid dan Umar bin Khatab) dikarenakan ketsiqohan (kepercayaan) antara sesama muslim (antara seorang
kholifah dan panglima perang). Hal ini tercermin dalam penerimaan Khalid yang
wajar dan paham atas keputusan Umar untuk menyelamatkannya dari gunung yang
tinggi agar tidak terjatuh ke dalam jurang di balik gunung tersebut. Perasaan
Khalid ini juga dikarenakan teladan Umar selama ini yang selalu dapat dipercaya
oleh bawahannya dan masyarakat luas. Dengan ini, malah semakin membuat kedua
sahabat tersebut saling mencintai karena Allah dan terus berjuang untuk
menegakkan agama Alllah.
Dari merekalah kita dapat belajar bahwa harta, pangkat,
dan jabatan adalah ujian atas iman dan
keikhlasan kita. Oleh karena itu, hanya hati yang bersih dan niat karena Allah
SWT yang mampu membuat kita ikhlas ketika apa yang kita miliki saat ini diambil
kembali oleh Allah SWT melalui siapapun dan apapun.
_Nina Fadilla_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar