TAFAKUR TERHADAP DIRI SENDIRI
Rasulullah saw. pernah bersabda, “Tafakkuruu fii khalqiLlahi wa laa tafakkaruu fiiLlahi,
berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu berpikir
tentang Dzat Allah.” Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Ibnu
Abbas ini menurut Syaikh Nashiruddin Al-Bani dalam kitab Shahihul Jami’ish Shaghir dan Silsilahtu Ahadits Ash-Shahihah berderajat hasan.
Hadits
itu berbicara tentang salah satu ciri khas manusia yang membedakanya
dari makhluk yang lain, bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir.
Dengan kemampuan itulah manusia bisa meraih berbagai kemajuan,
kemanfaatan, dan kebaikan. Namun, sejarah juga mencatat bahwa tidak
sedikit manusia mengalami kesesatan dan kebinasaan akibat berpikir.
Karena
itu, Rasulullah saw. menghendaki kita, kaum muslimin, untuk punya
budaya tafakur yang akan bisa mengantarkan kita kepada kemajuan,
kemanfaatan, kebaikan, ketaatan, keimanan, dan ketundukan kepada Allah
Ta’ala. Agar tujuan itu tercapai, Rasulullah saw. memberi rambu-rambu
agar kita tidak salah dalam bertafakur. Rasulullah saw. memerintahkan
kita untuk bertafakur mengenai makhluk ciptaan Allah swt. Beliau
melarang kita berpikir tentang Dzat Allah karena kita tidak akan mampu
menjangkaunya, dan berpikir tentang Dzat Alllah bisa mengantarkan kita
kepada kesesatan dan kebinasaan.
Allah memuji orang-orang yang senantiasa bertafakur dan berdzikir
Dalam setiap situasi dan kondisi dengan menceritakannya secara khusus
dalam Al-Qur’an di surat Ali Imran ayat 190-191. Sa’id Hawa dalam Al-Mustakhlash Fi Tazkiyatil Anfus
halaman 93 berkata, “Dari ayat ini kita memahami bahwa kemampuan akal
tidak akan terwujud kecuali dengan perpaduan antara dzikir dan pikir
pada diri manusia. Apabila kita mengetahui bahwa kesempurnaan akal
berarti kesempurnaan seorang manusia, maka kita bisa memahami peran
penting dzikir dan pikir dalam menyucikan jiwa manusia. Oleh karena itu,
para ahli suluk yang berupaya mendekatkan diri kepada Allah senantiasa
memadukan antara dzikir dan pikir di awal perjalanannya menuju Allah.
Sebagai contoh, di saat bertafakur tentang berbagai hal, mereka
mengiringinya dengan tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil.”
SUMBER : dakwatuna.com
posted by Dewi R