BELAJAR DARI SEMUT
“Kejahatan yang terorganisir akan mampu
mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.”
Dalam perjalanan harokah
dakwah, kekuatan dan keadaan jama’ah (kader) merupakan ujung tombak
keberhasilan dan signifikansi dakwah. Kekuatan jama’ah tidak hanya bersandar
pada seberapa banyak ilmu dan pengetahuan agama yang dimiliki oleh para
jama’ah. Namun, yang jauh lebih penting adalah bagaimana pemahaman para kader
dakwah terhadap perannya masing- masing dan menghargai peran tersebut dalam
sebuah koordinasi.
Peran masing- masing kader
jama’ah harus dikembalikan kepada niat karena Allah SWT. Jika sepenuhnya niat
karena Allah tersebut terus mendarah daging, maka koordinasi dakwah akan tetap
dalam gerakan yang terarah dan teratur. Gerakan yang teratur itu akan mencapai
pada titik fokus dalam setiap objek dakwah yang merupakan unsur penting dalam
keberhasilan suatu usaha.
Kader yang paham dengan segala
peran dan melakukan manuver dakwah yang terarah, maka tidak akan tergiur dengan
iming- iming di luar dakwah, tidak mengutamakan kepentingan sendiri dan tetap
bersihteguh pada tujuan bersama yang luas. Kader dakwah, da’I atau aktivis
dapat belajar dari hal kecil di sekitar kita.
Lihatlah semut! Sekelompok
semut mempunyai loyalitas yang tinggi, gerakan yang terarah dan koordinasi yang
teratur. Semuanya dilakukan untuk tujuan bersama. Seekor semut ketika menemukan
makanan yang cenderung lebih besar dari ukuran tubuhnya, maka apa yang terjadi?
Si semut akan mengingat letak
makanan, kemudian dia kembali pada komunitasnya dan melaporkan pada sang
pemimpin semut. Pemimpin semut pun akan membagi tugas sesuai peran semut,
mereka berjejeran dari sarangnya hingga letak makanan itu. Ada yang bekerja
bsebagai penjaga makanan, ada juga perannya sebagai penjaga jalan dan sebagian
lagi bertugas sebagai pengangkut makanan secara bersama.
Ketika mereka memulai tugas
mereka untuk mengambil makanan, yang mereka lakukan adalah mengangkut makanan
tersebut hingga ke sarangnya dan jika dipertengahan jalan para semut- semut itu
menemukan makanan lain di sekitar target makanan atau perjalanan mereka, maka
semut- semut itu tetap fokus pada makanan yang mereka angkut dan tidak akan
mengambil makanan yang baru mereka temui (tidak memperdulikannya). Mereka tetap
fokus pada makanan yang menjadi target mereka sesuai komando pemimpin mereka. Kemudian,
makanan itu mereka makan bersama- sama.
Filosofi semut tersebut
merupakan sebuah teladan yang unik. Bagaimana kita dapat melihat dinamika
kelompok jama’ah kecil yang teratur. Kita melihat mulai dari kuatnya ukhuwah
islamiyah sebagai landasan yang tercermin dari saling membantu dan bekerja
sama, kemudian sifat gotong royong dan
berjama’ah terlihat dari mengangkut makanan bersama dan pada posisi
perannya masing- masing. Koordinasi yang bagus juga tampak pada seekor semut
yang diberi tugas mencari makanan ketika menemukannya, maka akan melaporkan
kepaada komunitasnya dan mulai menyusun strategi agar makanan tersebut dapat
diangkut lebih ringan hingga sampai ke sarang. Patuh terhadap pemimpin, peran
dan tugas juga dimiliki oleh semut.
Kita juga dapat melihat hikmah
lain, bagaimana sikap semut yang tidak tamak, tidak mudah lemah dengan godaan,
dan dapat menghargai perannya masing- masing sehingga tidak mengambil posisi
lain sebelum disepakati. Dari cara mereka fokus pada makanan dan berbagi pada
sesama, menunjukan semua hal- hal positif mereka.
Belajarlah hal kecil dari
semut! Setidaknya semut dapat memberikan gambaran pada kita pentingnya gerakan
yang terarah dan koordinasi yang teratur berlandaskan ukhuwah islamiyah. Begitu
juga dengan kita sebagai da’i, kader dakwah ataupun aktivis dakwah, berusaha
untuk tetap pada kepatuhan yang mendasar dan sesuai tujuan. Tidak mementingkan
diri sendiri, tidak mudah tergiur dengan iming- iming duniawi yang akan membuat
ketidakpercayaan objek dakwah dan terus memperbaharui niat karena Allah SWT
sebagai basic kekokohan dakwah
islamiyah.
_Nina Fadilla_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar