Rabu, 07 Desember 2011

Mari Belajar dari Sekitar!!!

BELAJAR DARI SEMUT
“Kejahatan yang terorganisir akan mampu mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.”
Dalam perjalanan harokah dakwah, kekuatan dan keadaan jama’ah (kader) merupakan ujung tombak keberhasilan dan signifikansi dakwah. Kekuatan jama’ah tidak hanya bersandar pada seberapa banyak ilmu dan pengetahuan agama yang dimiliki oleh para jama’ah. Namun, yang jauh lebih penting adalah bagaimana pemahaman para kader dakwah terhadap perannya masing- masing dan menghargai peran tersebut dalam sebuah koordinasi.
Peran masing- masing kader jama’ah harus dikembalikan kepada niat karena Allah SWT. Jika sepenuhnya niat karena Allah tersebut terus mendarah daging, maka koordinasi dakwah akan tetap dalam gerakan yang terarah dan teratur. Gerakan yang teratur itu akan mencapai pada titik fokus dalam setiap objek dakwah yang merupakan unsur penting dalam keberhasilan suatu usaha.
Kader yang paham dengan segala peran dan melakukan manuver dakwah yang terarah, maka tidak akan tergiur dengan iming- iming di luar dakwah, tidak mengutamakan kepentingan sendiri dan tetap bersihteguh pada tujuan bersama yang luas. Kader dakwah, da’I atau aktivis dapat belajar dari hal kecil di sekitar kita.
Lihatlah semut! Sekelompok semut mempunyai loyalitas yang tinggi, gerakan yang terarah dan koordinasi yang teratur. Semuanya dilakukan untuk tujuan bersama. Seekor semut ketika menemukan makanan yang cenderung lebih besar dari ukuran tubuhnya, maka apa yang terjadi? Si semut akan mengingat letak makanan, kemudian dia kembali pada komunitasnya dan melaporkan pada sang pemimpin semut. Pemimpin semut pun akan membagi tugas sesuai peran semut, mereka berjejeran dari sarangnya hingga letak makanan itu. Ada yang bekerja bsebagai penjaga makanan, ada juga perannya sebagai penjaga jalan dan sebagian lagi bertugas sebagai pengangkut makanan secara bersama.
Ketika mereka memulai tugas mereka untuk mengambil makanan, yang mereka lakukan adalah mengangkut makanan tersebut hingga ke sarangnya dan jika dipertengahan jalan para semut- semut itu menemukan makanan lain di sekitar target makanan atau perjalanan mereka, maka semut- semut itu tetap fokus pada makanan yang mereka angkut dan tidak akan mengambil makanan yang baru mereka temui (tidak memperdulikannya). Mereka tetap fokus pada makanan yang menjadi target mereka sesuai komando pemimpin mereka. Kemudian, makanan itu mereka makan bersama- sama.
Filosofi semut tersebut merupakan sebuah teladan yang unik. Bagaimana kita dapat melihat dinamika kelompok jama’ah kecil yang teratur. Kita melihat mulai dari kuatnya ukhuwah islamiyah sebagai landasan yang tercermin dari saling membantu dan bekerja sama, kemudian sifat gotong royong dan  berjama’ah terlihat dari mengangkut makanan bersama dan pada posisi perannya masing- masing. Koordinasi yang bagus juga tampak pada seekor semut yang diberi tugas mencari makanan ketika menemukannya, maka akan melaporkan kepaada komunitasnya dan mulai menyusun strategi agar makanan tersebut dapat diangkut lebih ringan hingga sampai ke sarang. Patuh terhadap pemimpin, peran dan tugas juga dimiliki oleh semut.
Kita juga dapat melihat hikmah lain, bagaimana sikap semut yang tidak tamak, tidak mudah lemah dengan godaan, dan dapat menghargai perannya masing- masing sehingga tidak mengambil posisi lain sebelum disepakati. Dari cara mereka fokus pada makanan dan berbagi pada sesama, menunjukan semua hal- hal positif mereka.
Belajarlah hal kecil dari semut! Setidaknya semut dapat memberikan gambaran pada kita pentingnya gerakan yang terarah dan koordinasi yang teratur berlandaskan ukhuwah islamiyah. Begitu juga dengan kita sebagai da’i, kader dakwah ataupun aktivis dakwah, berusaha untuk tetap pada kepatuhan yang mendasar dan sesuai tujuan. Tidak mementingkan diri sendiri, tidak mudah tergiur dengan iming- iming duniawi yang akan membuat ketidakpercayaan objek dakwah dan terus memperbaharui niat karena Allah SWT sebagai basic kekokohan dakwah islamiyah. 
_Nina Fadilla_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar